• Untuk Pejuang Dakwah

    Agustus08:

    Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambatkan untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah dan musuh kalian serta orang-orang selain mereka yang tidak kalian ketahui sedangkan Allah mengetahuinya. (QS al-Anfal [8]: 60).

  • Goresan Pena

  • INFLASI SEBAGAI SEBAB TERJADINNYA KETIDAK STABILAN MONETER

    Inflasi merupakan salah satu penyebab terjadinya ketidak stabilan moneter Karena dapat mempengaruhi arus uang dan arus yang bereda. Untuk lebih lengkapnya akan dibahas secara rinci dibawah ini.

    a. Perkembangan Inflasi di Indonesia

    · Perkembangan yang berulang menimpa perekonomian kita mencapai puncaknya dengan “tiga angka” pada masa 100 Menteri dan memberikan gambaran klasik dengan berlakunya teori kuantitas uang. Pada masa orde baru, inflasi memasuki alam baru akibat langkah-langkah positif yang diambil pemerintah untuk mengatasinya. Defisit APBN yang dulunya merupakan sumber utama kenaikan uang dalam peredaran dapat dialihkan menjadi surplus, walaupun anggaran domestik dari APBN merupakan arus inflasioner yang besar (Oppusunggu, HMT, 1985).

    · Sejak akhir tahun 1980-an, tingkat inflasi rata-rata per tahun di Indonesia mulai tinggi lagi walaupun beelum pernah mencapai sampaid I atas 10,0%. Selama periode 1993 – 1995 laju inflasi sebagai berikut : 9,8% (1993), 9,2% (1994), 8,6% (1995). Angka ini tertinggi di antara negara-negara ASEAN, misalnya Malaysia: 3,6% (1993), 3,7% (1994), 3,2% (1995).

    Inflasi di Malaysia, Singapura dan Thailand relatif rendah dan merupakan negara-negara di ASEAN yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Ini berarti bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak harus dengan laju inflasi yang tinggi pula, seperti halnya yang dialami Indonesia (Tulus, T.H. Tambunan, Dr. 1996).

    · Laju inflasi selama periode 1997 – 2002 sebagai berikut : 11,1% (1997),, 77,6% (1998), 2,0% (1999). Laju inflasi selama tahun 1998/1999 mencapai 45,9%. Meningkatnya tekanan haarga terutama berasal dari sisi penawaran sebagai akibat depresiasi rupiah yang sangat tajam pada tahun 1997/1998. tiga tahun terakhir laju inflasi : 9,3% (2000), 12,5% (2001) dan turun 10,0% (2002). Kondisi moneter yang stabil menyeabkan tingkat inflasi IHK selama tahun 2002 cenderung menurun hingga 10,03%.

    (Laporan Tahunan BI, 1997/1998, 1999 – 2002)

    b. Cara Menghitung Tingkat Inflasi

    · Sejak April 1979 angka inflasi dihitung oleh Biro Pusat Statistik (BPS) berdasarkan perubahan Indek Harga Konsumen (umum) gabungan 17 kota-kota besar di seluruh Indonesia. Sebelum itu inflasi dihitung berdasarkan Indek Biaya Hidup (umum) kota Jakarta yang meliputi 62 jenis barang dan jasa. Sedang Indeks Harga Konsumen IHK meliputi 115 – 150 jenis barang dan jasa (Widodo, Hg. Suseno Triyanto, 1995).

    · Sejak April 1989 angka inflasi dihitung berdasarkan perubahan IHK umum gabungan dari 27 kota-kota besar (sesuai jumlah propensi) di seluruh Idnoensia. Jenis bararng dan jasa yang diliput dewasa ini sekitar 400 item, terdiri dari : (1) bahan makanan, (2) makanan jadi, minuman dan rokok, (3) sandang, (4) transportasi dan komunikasi, (5) pendidikan rekreasi dan olah raga, (6) perumahan, (7) kesehatan.

    c. Penyebab Inflasi Secara Umum

    (1) Cost – Rust Inflation (CP)

    CPI adalah faktor penyebab inflasi dari sisi penawaran. Selain biaya produksi lainnya, ongkos tenaga kerja juga sering menjadi salah satu penyebab utama CPI, misalnya kenaikan UMR di semua propinsi.

    (2) Demand – Pull Inflation (DPL)

    · DPI adalah faktor penyebab inflasi dari sisi permintaan. Menurut teori moneter ekses permintaan ini disebabkan terlalu banyaknya uang beredar (M1) di masyarakat, sedangkan jumlah barang di pasar sedikit. Peningkatan permintaan agregat domestik bisa disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya oleh monetger perbankan dalam bentuk ekspansi kredit atau penurunan suku bunga pinjaman dan deposito.

    · Sebab lain terjadinya inflasi :

    a) Imported Inflation (depresiasi Rp…, harga barang LN)

    b) Administrasi Goods (naiknya harga BBM, tarif listrik)

    c) Output Gap (Perbedaan output potensial dan aktual)

    d. Faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi

    (1) Meningkatnya Kegiatan Ekonomi

    Meningkatnya kegiatan ekonomi mendorong peningkatan permintaan agregat yang tidak diimbangi dengan meningkatnya penawran agregat karena adanya kendala struktural perekonmian. Indikatornya : masih rendahnya kapasitas terpakai sektor industri pengolahan (39% – 51%) dan menurunnya produksi tanaman bahan makanan (sumbangan pada PDB berkurang 1,1%) pada tahun 2001.

    (2) Kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan

    Kebijakan pemerintah dalam tahun 2001 menaikkan harga barang dan jasa seperti BBM, listrik, air miinum dan rokok serta menaikkan upah minimum tenaga kerja swasta dan gaji pegawai negeri diperkirakan memberikan tambahan inflasi IHK sebesar 3,83%.

    (3) Melemahnya Nilai Tukar Rupiah

    Pengaruh kuat depresiasi nilai tukar rupiah diketahui dari hasik penelitian bank Indonesia, antara lain :

    · Perilaku harga cenderung mudah meningkat karena pengaruh melemahnya nilai tukar rupiah

    · Perilaku harga cenderung sulit untuk turun apabila nilai tukar rupiah menguat, seperti pada bulan Agustus menguat 4,0%, bulan Juli menguat 21,0%, namun harga hanya turun (deflasi) sebesar 0,24%.

    (4) Tingginya ekspektasi inflasi masyarakat

    Tingginya inflasi IHK tidak lepas dari pengaruh ekspektasi inflasi oleh produsen dan pedagang serta konsumen.

    Tingginya ekspektasi inflasi pada produsen dan pedagang sepanjang tahun 2001 terutama dipengaruhi oleh tingginya inflasi tahun 2000 yang mencapai 9,35%. Sedangkan ekspektasi para konsumen terutama dipengaruhi oleh ekspektasi kenaikan harga barang-barang yang dikendalikan pemerintah dan ekspektasi nilai tukar rupiah. (Laporan Bank Indonesia Tahun, 2001).

    KEBIJAKAN/ TINDAKAN MENGENDALIKAN INFLASI

    Bank Indonesia telah menempuh berbagai upaya untuk mencapai sasaran inflasi :

    1. Menyerap kelebihan likuiditas

    Untuk meredam melemahnya nilai tukar rupiah terhadap inflasi BI berupa menyerap kelebihan likuiditas melalui instrumen operasi pasar terbuka.

    2. Melakukan Sterilisasi Valuta Asing

    BI melakukan kebijakan pembatasan transaksi rupiah oleh bukan penduduk.

    3. Mengurangi ekspektasi inflasi yang tinggi

    BI menetapkan sasaran inflasi yang rendah pada awal tahun.

    4 Tanggapan

    1. bangasa indonesia boleh di katakan hapir bisa mengatasi tingginya tingkat inflasi…..
      tapi blum bisa mengatasi korupsi..
      tingkat ekonoi bisa berkembang apabila semua elemen bisa bekerja dengan jujur……..

      sepakat…. basmi korupsi

    2. analisisnya..duuuuhhhhhhhh masa cost rust inflation???cost push kaleeeee

    3. inflasi, deflasi, dan korupsi apa bedanya?
      yang penting bisa diberantas. kalo gak bisa, pilihan terakhir……………. DENSUS 88. semua jadi……. rebes (beressss)

    4. indonesia,, masih harus menata kembali pemerintahan na,,
      krna masih banyak terjadi korupsi yg d jadikan budaya,, ,,

    Tinggalkan komentar